
Hai hai ri hai,,, haha hai rihai... huaaa....
Hem.. hari ini, tanggal 10 juni 2011. Whuaa, dalam keadaan yang masih terasa sangat panas (karena kamar sumpek juga) lahir batin, aku berusaha untuk menjernihkan pikiran yang mungkin sudah mengkawat tajam di sel-sel otak positif thinhking milikku.
Ya, ya hari ini, seperti tanggal dan tahu yang sudah kusebutkan, bahwa hari jumat ini aku ,merasakan kecewa 180 derajat yang jika diperbilehkan dan jika bisa, dan jika dipersilahkan aku igin mengalikan 180 derajat itu ke angka yang tidak bisa dihitung oleh otak ku, yang (ngaku) lemot ini.
Hari rabu kemaren, aku ketemu dengan teman dari kampus titik, sekaligus teman PRIMAKAPON. Resti namanya ( pakai i atau y ya?). tempat bertemunya kami, saat itu ialah Gramedia Mega Mall (emang di Pontianak Gramedia ya Cuma di MM alias mega Mall)). Waktu itu, aku sedang membeli bukunya RADITYA DIKA penulis Bestseller Kambing Jantan. Si Kambing yang bisa ngetik dan bisa chating dan bisa ngeblog dan selalu bodoh. Tapi, pembodohan yang ada pada dirinya mala membawa malaberuntung. Hem,, kalian pasti tau apa sebabnya. Kenapa si Kambing bisa beruntung!
Buku Kambing Jantan dan Cinta Brontosaurus sudah aku gendong dengan tas hitam Gramed di pundak kiri. Sambil nyengir pura-pura terkejut ( karena aku udah liat dia beberapa menit sebelumnya). Senyum, Sapa ... dan si Resti pun memberi tahu kabar gembira bahwa si penulis yang bukunya sudah ada didalam tas hitam bertulis Gramedia itu akan datang. Jumat ini, jam 1 (oooooiii Hari ini/hari aku menulis tulisan ini). Kata Resti, itu mantan Kembaran ke seribu aku si Sherina Munaf datangnya dalam acara learn expert!! (masih nebak, nggak mendengar jelas), di Rektorat titik dan GRATIS!!!!.
Woowww!!!!! Ini mah kesempatan Emas... bisa ketemu dengan si Kambing yang bisa buat buku itu, salah satu kambing yang aku idolakan, (ceritanya aku juga ngfans sama kimba dan kimbo 1, kimbo 2. Ittuuu tu kambing peliharaan aku).
Jadi, aku menawarkan diri untuk ikut bersama Resti pergi ke acra itu, “Jam 12 lah” kata Resti. Biar bisa masuk!!. “OK!”
Oke, itu beberapa hari yang lalu,hari-hari berikutnya aku terus mengayal berada di ruang rektorat titik, duduk di kursi empuk dan meletakan tangan diatas meja bundar. Melihat si kambing dengan jenggot tipisnya, berdiri mondarmandir,, mengembek karena ia sedang kasi materi... halah-halah aku juga ngayal bisa foto sama si kambing....!!!! bangganya aku dalam khayalan itu.
Hingga tiba hari ini, dimana aku sudah menghadirkan diri ke Asrama Utin Candramidi, rumah mahasisswanya Kabupaten Pontianak, dan di situ lah Resti tinggal pada jam yang mungkin sekitar jam 10.
Darah dari subuh sudah mendesir-desir karena kebanyakan ngayalin si Kambing yang sedang ngembek. Sumpah gila, kepengen sekali melihat tu Si Kambing, meski acra yang menghadirka dia ke kota panas itu bukan dalam promo Flm atau bukunya. Tapi, tetap aja, aku ngfans sama si kambing penulis ini...
Jam 12. Hua-hua.. aku masih berada di kamar. Kamar asrama. Menunggu repson kawan-kawan yang lain yang akan pergi ke tu acara Kambing. Sayangnya jam di Hp sudah melewatkan jam 12. Tapi, bukannya aku khawatir setenngah pingsan aku malah mikir, bahwa itu jam, emang kecepatan. Tapi, ni perasaan juga merawa was-was!!! Ini sudahlewat waktunya.
Ipit, teman dan penghuni asrama masuk ke kamar, memastikan keberangkatan.!. humm teman akrab aku yang juga penghuni asrama si Mia kechil, mia minhae, miaminho itu enak-enakan tidur siang.. alamak,!!! Ini mah bukan waktunya tidur siang!.
Akhirnya, kami secara kilat berkemas dan berangkat. Darah yang mengalir, dan melewati urat nadi terasa sedang pasang arus yang kuat. Huaaa.. rasa getarmau ketemu idola begitu ya?....
Ya, tiba ke depan rektorat, dimana Jam di HP menujukan pukul 12/58 (ingat-ingat,lupa). Dan antriaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaan. Sangat panjang. Dan terhitung lebih dari 3 baris sekitar empat atau lima baris.
Sesak, padat dan khawatir. Khawatir masuk pake tiket, sedangkan tiket tak punya, yang antrian banyak yang bawa tiket berwarna biru putih (dominan).Motto Muka tebal bawa keberuntungan membuat aku dengan sangat PD bertanya dengan panitia, bagaimana Nasib kami yang tidak punya tiket!.
Hhhhhh ternyata kuota yang disediakan 400 orang, 300 orang pertama dapet snack, dan sertifikat, (sumpah aku tidak perlu ke dua itu)..
Dalam perjalanan kembali ke barisan, dalam hati yang bimbang, senang dan bingung serta muka nggak tau malu. Aku merasa bahwa, sangat tidak masuk akal, 400 orang bisa memenuhi ruang rektorat.. setauku ruang itu adalah ruang pertemuan, atau ujian, semacam itulah. Pastinya aku masih belum percaya bahwa itu ruangan, bisa memuat orang sebanyak 400. Pikir punya pikir mungkin kita nantinya duduk lesehan...(dalam keadaan sok tau)
Maju, berjalan, berdesakan, seperti ulat bulu probolinggo. Kami meliut-liut memasukan badan dalam barisan, dimana manusia di waktu makan siang dan tidur siang itu bermacam-macam baunya. Huaa apa bisa dikata ini keberuntungan mendapat perfum gratis?, parfum alami dari berbagai bau keringat. Jahhhhh!!!.
Dengan semangat untuk menginjak kaki-kaki yang bisa untuk diinjak, namun hati suci melarang, aku pun bersabar mengantri di antara mahasiswa Untan itu. hingga akhirnya masuk ke ruangan ynag masih dalam keadaan mengantri untuk registrasi peserta, tepat saat itu pukul 13/ 28 waktu ruang bawah gedung rektorat. Artinya sudah setengah jam mengantri.
Bertemu dengan rekan-rekan wartawan kampus di titik, sapa-menyapa. Hingga sibuk dengan kawan semula.
Hingga.......... panas di ruang bawah gedung rektorat membuat mereka yang tidak sabaran berteriak. Merasa lama, merasa tak kuasa mengantri, dan tak kuasa desak-desak-desak an. Sedangkan aku sebagai penyelundup di sana harus, membawa muka yang sok!. Sok-sokan sebagai mahasiswa Untan. Jadi sebagai orang yang sok, aku juga sok-sokan menjadi mahasiswa yang penting, untuk bisa hadir di talkshownya si Kambing. Dan, sebagai orang yang sok-sokan ngaku anak Untan, aku juga ikut-ikutan protes atas waktu yang lama dan terasa sangat sesak itu. Entah apa penilaian sok-sokan yang aku lakoni itu, tapi sebagai penyelundup yang sok nya belum pernah disertifikasi pasti, tampang aku kacau sekali. Muka sok yang ndak punya nilai. Buktinya, anak-anak Untan yang dari sudah mengeluarkan suara jeleknya berteriak dengan nada protesnya itu, tidak memperdulikan aku. Padahal, ini muka sok sedang ikut-ikutan mendukung aksi protesnya.
“tebangs aja pisangnya” kataku, masih dengan muka sok!. Sebelum aku tahu, ternyata itu tanaman yang didekat panitia bukan pohon pisang, maksudnya pisang tanaman yang jadi tanaman hias, pokoknya gitulah, soalnya aku juga bingung mau bilang itu apa. Pokoknya, plus ranting, dahan dan daun itu tanaman tanaman pisang hias. Tapi benaran hidup!. oke, jangan bahas tentang pisang tanaman itu.
Dalam teriakan ingin menebang pohon pisang, dari hati yang terdalam, dangat dalam, namun tidak bisa digunakan untuk nyebur bunuh diri. Ada perasaan khawatir, dan perasaan ini membuat aku tak kuasa menahannya. Tak kuasa menahan rasa khawatir tidak bisa masuk.
Belum lagi, Kawan-kawan dari asrama seperti burung Beo yang sudah kehilangan akal positif thingkingnya berapa kali mengungkap perasaan mereka yang sedang, kumat negatifnya. Mereka merasa dengan penuh rasa keyakina: “pas didepan kite, panitia pun bilang, maaf sudah penuh!”. Buuugf!! Ahhh, pukul saja dengan linggis pemikiran bodoh itu.!!!.
Hingga akhinya waktu itu. dimana pasukan pecinta kambing jantan, berbaris ancur, dengan segala bau, dan keringat yang bercucur berada di depan meja registrasi.
Setelah 1 jam mengantri, sesak yang aku rasakan terganti. Terganti dengan rasa sesak yang lebih menyesak.
“kuotanya sudah penuh, maaf” kalimat panitia yang aku ingat.
Huaaaaaaaaaaa,,,,, rasanya ingin menjambak rambut si panitia,.. meski dia memang bertampang letih, tapi aku ingin dia lebih frustasi... . frustasi gara-gara di jambak sama Cumi laut satu ini. agrhhhh!!!
Jambak saja dia, biar ramai.
Segala usaha dilakukan tidka berhasil. Panitia perempuan berjilbab dengan postur tubuh yang agak kurusan (dari tadi yang ceweknya kurusan, dan tidak terlalu tinggi amat) mengucap “sorry, sorry ruangan tidak cukup, kursi yang disediakan sudah sangat memenuhi ruangan”. Si panitia itu juga bilang, bahwa tidak bisa dipaksakan lagi, peserta tetap tidak bisa masuk. Meski aku bilang “ berdiri, duduk?”. Tetap tidak dapat lowongan... hah!!
Jambak ni.,, jambak ni,,. Atau cabut saja kawat gigi si panitia yang satunya itu tadi.... huft!! Hilangkan rasa perasaan sesama perempuanwi!. Ho?!
Si teman, yang beberapa hari ini menghubungi panitia yang bernama –sensor-merasa sangat kesal. Kesal sangat. Karena si sensor itu bilang “datang saja!.” Tanpa, menyuruhnya datang ke panitia untuk mengambil tiket... (kalau ada tiket kan, biar gimana pun tetap lolos masuk). Muka kesal dan pemikiran canggihnya mengomeli panitia,, berkobar-kobar. Si teman merasa bahwa panitia menyediakan tempat yang memang tidak sesuai. Di ruang rektorat yang jelas-jelas tidak luas untuk menampung manusia 400 orang, plus kursi, plus panitia, plus-plusan lainnya. GENAH!!!!!
Dan aku juga kesal. ... ini kali keduanya aku gagal bertemu dengan si kambing Jantan!!. Huh!!!.
NB: Biar gimanapun sebagai peyelundup (amatir). Aku tetap menjadi penyelundup yang tahu diri, dan masih punya muka.. nggak bisa masuk adalah hal yang wajar. Kan penyelundup!!!.
Komentar