Langsung ke konten utama

Nanda, anak Indonesia

“Indonesia tanah airku tanah tumpah darahku....................”

Aku mencari sosok orang yang menyanyikan lagu kebangsaan itu.
Aku tahu siapa, ia melengkingkan suaranya penuh semangat di pagi yang menjelang siang ini.
Kucongakkan kepalaku, melihat jam dinding yang berada di atas lemari “ ooh dah jam sepuloh, tak terase dah nak siang” batinku bergumam.
Kakiku terus melangkah ke ruang tamu, aku mencari sumber suara yang berbeda di satu tempat itu
Suara yang cukup merdu di pendengaranku .Walau suara yang satunya terbatah-batah
“Sa.. ana ai ku, ana umpah da a ku....”
Ku temukan kakak beradik itu, dari kaca jendela aku memperhatikan mereka berdiri di teras. Mereka menghadap tiang bendera, Bendera Merah Putih mengibar di atasnya.
Nanda, ia keponakanku umurnya sudah enam tahun. Tahun ini, tahun pertamanya mengenakan seragam merah putih. Fatar adiknya, berdiri di samping kanan ia masih berumur dua tahun tujuh bulan.
Aku tak membuka pintu yang ganggangnya telah kugenggam, tapi aku menyela horden jendela dan menatap mereka.
Mendengar nanda bernyanyi sepotong-potong, aku yakin ia baru saja mengapal lagu itu, di sekolahnya.
Pernah aku mendengar ia berbicara dengan bundanya sewaktu besiap-siap berangkat sekolah
“Bunda. Nanda tu paling suke kalau dah hari Senin ni, kan ade upacaranya nda. Nanda tu suke dengar kawan-kawan nanda nyanyi lagu Indonesia Raya.
Terus yang udah kelas 23456 tu nyanyinye semangat, suke nanda ndengarnye”
“Kakak nyanyi ndak? Jangan-jangan cume ndengar jak,” tanggap Bundanya.
“Nyanyi lah nda, tapi Nanda tu belum hapal benar. Tapi nanda mau ngapalnye nda, Nanda suke lagunye. Semangat rase nanda kalau dengar lagu itu tu”.

Ia arahkan tangan kanannya ke pelipis mata, seperti halnya sedang hormat upacara sedangkan Fatar yang terus mengikuti tingkah kakaknya, juga meletakkan tangan kanannya, tapi tangan kecil itu mendarat di atas jidat
“Seperti orang merikse demam jak” aku berbicara sendiri.
Entah apa yang membuat gadis kecil ini sangat suka lagu itu, padahal teman sebayanya senang menyanyikan lagu orang-orang dewasa, lagu yang berbicara tentang cinta yang belum pantas mereka mengerti. Semoga anak polos itu benar-benar mencintai negeri ini.
Hari kelima sekolah, ia bercerita dengan bundanya
“Bunda, Nanda udah ndak duduk sama anak Madura, Nanda uda pindah duduk di depan”
Di kampungku ada beberapa pemukiman, Madura, Melayu dan Cina (kate kite)
Nanda yang berbadan kecil dan pendek itu, memang harus diatur posisi duduknya.
Karena tidak tahu sistem anak-anak di kampung merebut posisi, bundanya dengan santai mengantar nanda sekolah pukul 06:10, kiranya itu sudah sangat pagi.
Ternyata perkiraan itu salah, sepagi yang dikatakan bunda Nanda bukanlah sepagi yang dikatakan anak-anak di kampung, mendengar ayam bersuara saja terasa kalah.
Pukul 05:00 anak-anak itu telah berada di depan pintu kelas. Ketika penjaga membuka pintu, mereka semua akan menyerbu masuk dan memilih posisi bangku dan kursi. Aku juga pernah mengalami itu, aku ingat siapa yang terlambat datang maka akan duduk di barisan terakhir, yang bangku dan mejanya sudah rusak, kadang bangkunya bergoyang atau kursi yang bolong karena menjadi santapan rayap, bahkan akan duduk di bawah atap bocor, jika siang tembus sinarnya, jika hujan tembus airnya.
Karena tidak tahu dengan kebiasaan ini, maka Nanda duduk di posisi belakang. Untunglah bangku dan mejanya layak pakai. Bersama Mila. Mila anak Madura yang tinggal kelas.
“Jadi kakak duduk dengan siape jak?” tanggap bundanya waktu itu
“Nanda duduk dengan anak indonesia” jawab nanda dengan polos
“ Madura juga anak Indonesia, Melayu ke yang kakak maksud tu?” bunda menimpa
“Madura ke, Melayu, Cine, jawe ke. Same jak Nda, tak bede kan, anak Indonesia kan?
Lantas aku menghampirinya, dan mengelus kepalanya “Anak Indoneisa yang baik”
“Ie lah, Nandakan anak indonesia” katanya semangat.

Lirik Lagu W.R. Supratman Indonesia Raya
Indonesia tanah airku
Tanah tumpah darahku
Disanalah aku berdiri
Jadi pandu ibuku
Indonesia kebangsaanku
Bangsa dan Tanah Airku
Marilah kita berseru
Indonesia bersatu
*courtesy of LirikLaguIndonesia.net
Hiduplah tanahku
Hiduplah negriku
Bangsaku Rakyatku semuanya
Bangunlah jiwanya
Bangunlah badannya
Untuk Indonesia Raya
Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Tanahku negriku yang kucinta
Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Hiduplah Indonesia Raya
Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Tanahku negriku yang kucinta
Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Hiduplah Indonesia Raya
Indonesia Tanah yang mulia
Tanah kita yang kaya
Di sanalah aku berada Untuk slama-lamanya
Indonesia Tanah pusaka Pusaka Kita semuanya
Marilah kita mendoa Indonesia bahagia
Suburlah Tanahnya Suburlah jiwanya
Bangsanya Rakyatnya semuanya
Sadarlah hatinya Sadarlah budinya
Untuk Indonesia Raya
Indonesia Tanah yang suci Tanah kita yang sakti
Disanalah aku berdiri ‘njaga ibu sejati
Indonesia! Tanah berseri Tanah yang aku sayangi
Marilah kita berjanji Indonesia abadi
Slamatlah Rakyatnya Slamatlah putranya
Pulaunya lautnya semuanya
Majulah Negrinya Majulah Pandunya
Untuk Indonesia Raya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Daftar Riwayat Hidup: Farninda Aditya

  DAFTAR RIWAYAT HIDUP DATA PRIBADI Nama Lengkap                            : Farninda Aditya NIP                                                                  : 199008242019032012 Jabatan                                                  : Penata Muda Tk.I, (III/b) Asisten Ahli Jabatan Tambahan                             : Sekretaris Prodi PIAUD FTIK IAIN Pontianak Dosen Pengampu                              : Mata Kuliah Bahasa Indonesia                                           Tempat/tanggal lahir                   : Mempawah, 24 Agustus 1990 Jenis kelamin                               : Perempuan Agama                                         : Islam Ruang                                                     : 210, Lantai II,  Gedung Prof. KH Saifuddin Zuhri GOOGLE SCHOOLAR             :   https://bit.ly/3lqX6US Silakan unduh dan sitasi pada       : MODERATION OF LANGUAGE IN A DIFFERENT FAMILY ENVIRONMENT (Language Moderation in The Multi-Ethnic Family Circumstances) | IC

Pertemuan 1: Magang 1

    Assalamualaikum, ww.   Halo kawan-kawan mahasiswa. Selamat telah sampai pada level ini. Selamat sudah masuk sampai perkuliahan Magang 1. Selamat juga berhasil menyelesaikan ritme perkuliahan melalui Daring selama ini. Kalian semua hebat.   Pada perkuliahan Magang1, saya Farninda Aditya dimanahkan untuk mengampu mata kuliah ini. Bagi yang sudah pernah bertemu dengan saya pada mata kuliah sebelumnya, Bahasa Indonesia terutama, tentu sudah paham bagaimana gaya pembelajaran saya.    Menulis adalah yang Utama. Disiplin adalah Aturan. Komunikasi adalah Penyelamat.  Sebelum membahas tentang Apa itu Mata Kuliah Magang?, perkenankan saya menjelaskan cara belajar kita.   Pertama,  Media . Media utama yang digunakan adalah WhatsAap, e-Leraning, Google Meet, Youtube, Instagram, dan Blog.   Media berkomunikasi adalah WhatsAap dan pembelajaran adalah e-Learning. Jadi, segala informasi akan saya sampaikan sebelumnya melalui jaringan ini, terkait media yang akan digunakan p

Bedences

Cuci Motor Bdences. Itulah nama tempat penyucian motor yang saya lihat di daerah Bakau Besar, Kabupaten Mempawah. Di sekitar tikungan, di dekat masjid. Tidak terlalu jauh setelah jembatan yang diperbaiki tahun lalu.   Baru kali ini melihat tempat cuci tersebut   setelah hampir tiga bulan tidak balik kampung. Saya menyimpulkan, tempat ini adalah baru. Namun, yang menarik dari perhatian saya bukan gambaran tempat penyucianya, bukan fasilitasnya, bukan orang yang sedang menyuci. Tapi, Bdences yang menjadi nama tempat pencucian ini.  Bdences mengingatkan saya dengan kata populer   yang digunakan remaja-remaja di Jalan Bawal. Bawal adalah nama gang yang ada di sekitar Pasar Sayur Mempawah.   Batasan-batasan jalan ini sempat saya tanyakan pada seorang teman yang tinggal di sana. Menurutnya Jalan Bawal I berada di samping Lapangan Tenis, Bawal II   berada di seberang Jalan menuju Pasar Sayur menyeberangi jalan menuju Tol Antibar. Bawal II berada   di belakang SD Negeri 1 Mempawah atau