“West stiker Larry The Lobster”
Terdengar, anak-anak baru ABG, berbsisik membahas stiker Band yang tertempel di tebeng motor Vega Silverku. Aku tak terlalu menghiraukan apa yang mereka ributkan itu. mata dan otakku bekerja mencoba mencari posisi yang nyaman untuk aku dan Aii, kawanku. Namun, sebelum mataku berlari-lari melirik, mata ini tertuju lagi pada empat anak ABG, yang tepat di depanku. Memang tidak terlalu dekat, jarak kami dipisahkan oleh aliran air yang mengalir. Dua diatara mereka sudah biasa aku lihat di cafe kecil ini, ya! Ia adalah siswi dari SMP didepan cafe ini. rambut panjangnya terurai panjang. Ia selalu menebar tawa dengan temanya, sedangkan yang satunya rambutnya didikat tapi tak rapi, mereka duduk terpisah. Siswi berambut panjang itu duduk disamping teman lelakinya yang berjaket kuning, tangannya merangkul siswi itu. meski aku tak terlalu fokus memperhatikan mereka, tapi tingkah mereka jelas kulihat. Baru dua langkah aku meninggalkan motorklu dengan mata yang masih berlari-lari mencari posisi. Tiba-tiba teman lelaki sisiwi SMP itu mencium pipinya.
“ampuuun ni anak, tempat umum ciuman” bahas ku dalam hati
Kakiku tetap melangkah menuju meja yang telah menjadi pilihanku. Meja nomor tiga dari meja mereka.
“aii tu di adek, kecil-kecil nafsunya kuat juga ya?! Huht”
Aii mengerling, mereka. Aku rasa ia tidak melihat kejadian tadi. ia membesarkan matanya, yang artinya. Mereka?
“ia, liat cowok ynag pake jaket kuning cium cewek yang dirangkulnya”
“ha?, benarlah?” tanya aii dengan nada pelan namun, dengan mimik terkejut. Sebenarnya ia berteriak namun dengan bahasnya yang membisik.
aku heran dengan kelakuan anak SMP itu, aku mengerti dengan mereka yang puber. Tapi, sangat keterlaluan. Aku juga kasihan dengan siswi berambut panjang itu, mengapa ia mau saja dicium seperti itu. Apa ia tidak malu?. Tempat umum dan tepat mengahadap jalan. Bahkan, ia masih menggunakan seragam sekolahnya, apa ia tidak takut jikalau para guru melihat kelakuanya yang seprti itu. mengerti, meskipun mereka mau sama mau Kasihan, ia. Andai ia berpikir apa yang dilakukanya itu diperegoki oleh sang guru, buku hitam BP mungkin mencantumkan namanya, mungkin.
Kesibukanku pikiranku memikirkan kejadian, dikejutkan aii yang memberi kode bisikannya. Ia mendekati wajahnya kedepan dan berbisik.
“balee,, cibir oi”
“ha?”
Aku hanya berkomentar, dengan kata “ha”. Dalam hatiku, ku berkomentar “semakin kelewatan”.
Mereka sangat dan terlalau kecil untuk bertingkah seperti itu.
Aku bingung, dengan perbuatan mereka itu. Sempat aku buat status di FB:
Nin Dit:
Balak budak SMP . Ne.
Beci0mM. Dpan umUm. ! Jem.m. Zina dex.
• Komentari • Suka
Komentar dari, kawan-kawan sekedar
Angga Dwi Prasetya:
iri kape???
wkwkwkwkwkwk...•
Nin Dit:
Hkhkhk. Aku. Maseh b.m0ral. W0y. Ape ne
Angga Dwi Prasetya hahahahaha....
Bukanya, aku sibuk dengan urusan orang lain, tapi. Huft. Aku hanya bisa berkata kasihan jika anak SMP sekarang berkelakuan separti itu.
Moral dan pendidikanya semakin merosot saja. Apa ini cara anak sekarang mencari jati diri mereka dimasa pubernya?, memang edan. Jikalau kelakuan beitu saja sangat santai dilakukan dimuka umum, lantas jika bersembunyi apa yang akan dilakukan lagi?
Huft, semoga tidak.
Mengikutu trend? Ingin menjadi super heboh, gaul atau apalah namanya, yang semuanya itu keinginan mereka dianggap ada?.
“Zaman edan, kalau gak edan ya gak diakui” ??????????????????????????????????
Kasihan. Kasihan, kasihan.Dek, dek, sadar dek!.Tak baek.
Ibu, bapak, berikan perhatian lebih untuk anak-anakmu. Ibu, Bapak perhatikan pendidikan mereka. Ibu, bapak mereka tidak hanya mendapatkan pendidikan itu hanya di sekolah, Ibu, Bapak lingkungan pendidikan itu bukan hanya disana.
Berikan, dan ciptakan lingkungan pendidikan di rumahmu, keluargamu.
Kasihan mereka jika tak tau , tak mengerti tentang etika, syariah agama.
Hemm jemmmmmmmmmm.
hanya, sekdar berkata-kata
Terdengar, anak-anak baru ABG, berbsisik membahas stiker Band yang tertempel di tebeng motor Vega Silverku. Aku tak terlalu menghiraukan apa yang mereka ributkan itu. mata dan otakku bekerja mencoba mencari posisi yang nyaman untuk aku dan Aii, kawanku. Namun, sebelum mataku berlari-lari melirik, mata ini tertuju lagi pada empat anak ABG, yang tepat di depanku. Memang tidak terlalu dekat, jarak kami dipisahkan oleh aliran air yang mengalir. Dua diatara mereka sudah biasa aku lihat di cafe kecil ini, ya! Ia adalah siswi dari SMP didepan cafe ini. rambut panjangnya terurai panjang. Ia selalu menebar tawa dengan temanya, sedangkan yang satunya rambutnya didikat tapi tak rapi, mereka duduk terpisah. Siswi berambut panjang itu duduk disamping teman lelakinya yang berjaket kuning, tangannya merangkul siswi itu. meski aku tak terlalu fokus memperhatikan mereka, tapi tingkah mereka jelas kulihat. Baru dua langkah aku meninggalkan motorklu dengan mata yang masih berlari-lari mencari posisi. Tiba-tiba teman lelaki sisiwi SMP itu mencium pipinya.
“ampuuun ni anak, tempat umum ciuman” bahas ku dalam hati
Kakiku tetap melangkah menuju meja yang telah menjadi pilihanku. Meja nomor tiga dari meja mereka.
“aii tu di adek, kecil-kecil nafsunya kuat juga ya?! Huht”
Aii mengerling, mereka. Aku rasa ia tidak melihat kejadian tadi. ia membesarkan matanya, yang artinya. Mereka?
“ia, liat cowok ynag pake jaket kuning cium cewek yang dirangkulnya”
“ha?, benarlah?” tanya aii dengan nada pelan namun, dengan mimik terkejut. Sebenarnya ia berteriak namun dengan bahasnya yang membisik.
aku heran dengan kelakuan anak SMP itu, aku mengerti dengan mereka yang puber. Tapi, sangat keterlaluan. Aku juga kasihan dengan siswi berambut panjang itu, mengapa ia mau saja dicium seperti itu. Apa ia tidak malu?. Tempat umum dan tepat mengahadap jalan. Bahkan, ia masih menggunakan seragam sekolahnya, apa ia tidak takut jikalau para guru melihat kelakuanya yang seprti itu. mengerti, meskipun mereka mau sama mau Kasihan, ia. Andai ia berpikir apa yang dilakukanya itu diperegoki oleh sang guru, buku hitam BP mungkin mencantumkan namanya, mungkin.
Kesibukanku pikiranku memikirkan kejadian, dikejutkan aii yang memberi kode bisikannya. Ia mendekati wajahnya kedepan dan berbisik.
“balee,, cibir oi”
“ha?”
Aku hanya berkomentar, dengan kata “ha”. Dalam hatiku, ku berkomentar “semakin kelewatan”.
Mereka sangat dan terlalau kecil untuk bertingkah seperti itu.
Aku bingung, dengan perbuatan mereka itu. Sempat aku buat status di FB:
Nin Dit:
Balak budak SMP . Ne.
Beci0mM. Dpan umUm. ! Jem.m. Zina dex.
• Komentari • Suka
Komentar dari, kawan-kawan sekedar
Angga Dwi Prasetya:
iri kape???
wkwkwkwkwkwk...•
Nin Dit:
Hkhkhk. Aku. Maseh b.m0ral. W0y. Ape ne
Angga Dwi Prasetya hahahahaha....
Bukanya, aku sibuk dengan urusan orang lain, tapi. Huft. Aku hanya bisa berkata kasihan jika anak SMP sekarang berkelakuan separti itu.
Moral dan pendidikanya semakin merosot saja. Apa ini cara anak sekarang mencari jati diri mereka dimasa pubernya?, memang edan. Jikalau kelakuan beitu saja sangat santai dilakukan dimuka umum, lantas jika bersembunyi apa yang akan dilakukan lagi?
Huft, semoga tidak.
Mengikutu trend? Ingin menjadi super heboh, gaul atau apalah namanya, yang semuanya itu keinginan mereka dianggap ada?.
“Zaman edan, kalau gak edan ya gak diakui” ??????????????????????????????????
Kasihan. Kasihan, kasihan.Dek, dek, sadar dek!.Tak baek.
Ibu, bapak, berikan perhatian lebih untuk anak-anakmu. Ibu, Bapak perhatikan pendidikan mereka. Ibu, bapak mereka tidak hanya mendapatkan pendidikan itu hanya di sekolah, Ibu, Bapak lingkungan pendidikan itu bukan hanya disana.
Berikan, dan ciptakan lingkungan pendidikan di rumahmu, keluargamu.
Kasihan mereka jika tak tau , tak mengerti tentang etika, syariah agama.
Hemm jemmmmmmmmmm.
hanya, sekdar berkata-kata
Komentar