Sudah bulan Maret. Kegiatan
seminar bulanan yang diselenggarakan oleh Balai Bahasa Provinsi Kalimantan
Barat akan dilaksanakan kembali. Seminar setiap bulan ini akan menyajikan
makalah berkenaan kearifan lokal, tema yang telah ditentukan sebulan yang lalu.
Rabu, 13 Februari 2013.
Keberagaman Sastra dan Budaya
Lokal di Kalimantan Barat itulah tema
seminar di Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Barat bulan lalu. Pada seminar
tersebut Musfeptial, S.S, M. Hum yang juga menjadi ketua panitia seminar
menjadi pembentang. Beliau menyajikan makalah yang berjudul Kritik Sosial pada
Kumpulan Puisi Sarang Enggang Mata Borneo. Ada 4 Puisi yang dibahas, puisi yang
kesemuanya berkenaan dengan lingkungan ini. Dua diantaranya Nano L. Basuki yang berjudul Ibu dan Yang Terhormat Gubenur, Pay Jarot Sujarwo
dengan puisinya Menggambar Kalimantan dan
Hikayat Lima Enggang oleh Wisnu Pamungkas. Puisi-puisi dari penulis Kalimantan
Barat ini ditafsirkan, makna-makna yang terdapat dalam larik diartikan oleh Pak
Mus dengan berbagai kritik sosial di dalamnya.
Nama Diri Etnik Tionghoa di Kota
Pontianak dibahas oleh Irmayani. Dari makalah tersebut pembentukan nama diri
untuk orang Tionghoa diketahui, khususnya di kota Pontianak. Pemakalah
menampilkan bagaimana pola pemberian nama yang terdiri dari unsur-unsur
tertentu. Pemberian nama ini terdiri dari 1) berpola tiga unsur, 2) berpola dua
unsure, 3) berpola satu unsur, 4) berpola empat unsur. Contoh-contoh dari pola tersebut juga
ditunjukkan, bagaimana bentuk nama apabila menggunakan tiga unsur, dua, dan
sebagainya. Makalah ini memberikan penjelasan mengapa ada nama-nama orang
Tionghoa yang berkombinasi baik nama seperti nama orang Indonesia, atau Eropa
dan Amerika.
Khairul Fuad membahas tentang
Eksoterik dan Esoteris dalam Perkembangan Sastra Islam di Kalimantan Barat.
Perkembangan penulis-penulis di
Kalimantan Barat dilihatkan dari sejarah sastra yang ada. Periode-periode dari
setiap penulis memiliki ciri khas yang berbeda dari penulis sesudah maupun
sebelumnya.
Seminar yang diprakasai oleh
peneliti dari Balai Bahasa ini tidak hanya menjadi seminar untuk mereka saja. Seminar
kali ini menampilkan pemakalah yang berbeda setiap pertemuan. Pembentang tidak hanya
dari Balai Bahasa saja tetapi peneliti dari instansi lain, atau penelitian yang
tidak berhubungan dengan bahasa juga diajak bersama menampilkan hasil
penelitian mereka. Makalah-makalah yang berkenaan dengan Sains pun akan
diseminarkan. Begitulah kata Ketua Panitia.
Tentu saja seminar ini tidak
sekedar menyajikan hasil penelitian tetapi juga mempertemukan para peneliti di
Kalimantan Barat hingga seminar ini memberi pengetahuan yang lebih kaya. Saya
sendiri merasa beruntung mendapatkan kesempatan tersebut, sebagai penulis pemula
saya bisa belajar mengenai penelitian
dari para peneliti di Kalimantan Barat.
Komentar