Sudah hari ke tiga saya dan teman-teman kelompok 23 berada
di Desa Sungai Terus, Kecamatan Kubu, Kabupaten Kubu Raya. Kuliah Kerja
Lapangan (KKL) yang menjadi mata kuliah wajib di kampus membawa saya dan teman-teman
berada di kabupaten yang dkenal dengan agrobisnisnya ini. Hal pertama yang menarik untuk saya adalah
mengenal beberapa teman yang mulanya tidak pernah bertegur sapa. Bahkan, baru
mengenalnya setelah satu kelompok.
Mengenal orang baru menurut saya menjadi sesuatu yang menarik, apalagi
orang ini akan bersama dan bekerjasama untuk melakukan banyak hal diwaktu yang
cukup lama.
Dalam waktu yang terhitung sangat singkat, kami teman
sekelompok sudah dapat berkomunikasi dengan baik. Berbagai rencana untuk
kegiatan dapat kami rancang bersama. Ketika Senin malam, saat listrik tidak
hidup, kami menghabiskan waktu di depan meja panjang dan berbicara mengenai
banyak hal. Salah satunya mengenai kepenulisan.
Ternyata beberapa teman ini mengaku bahwa mereka sangat
tertarik dengan dunia kepenulisan. Ahmad Maulana dan Ilyas mengaku mempunyai
keinginan untuk menerbitkan buku pribadi mereka. Hanya saja, mereka
bingung bagaimana keinginan tersebut
dapat terwujud. Menariknya lagi, Ilyas,
teman dari Syariah, Muamalah ini sudah mempunyai keinginan yang kuat untu
menulis profile seseorang di tempat tinggalnya. Ilyas bilang, orang ini adalah
sesepuh di Ketapang. Ahli Fiqih dan dikenal sebagai gudang Ilmu.
“Saye kepengen nulisnye, sampai sekarang saya tak tahu siape
name orang ini” Ilyas menjelaskan orang yang ingin ditulisnya ini hanya dikenal
dengan nama panggilannya saja.
Keinginan Ilyas untuk menulis buku orang yang dianggapnya
Datok sendiri ini terinspirasi dari buku Tokoh Pendidikan Islam di Kalimantan
Barat yang diterbitkan oleh Anggota Club Menulis STAIN Pontianak. Tidak hanya
itu, keinginannya semakin bulat setelah ia mengetahui adanya buku Abdurrachman
Abror: Guru Semua Orang .
“Saye ngeliat bukunya di Slide yang pas Launching buku di
gazebo tu, hah itu lah saye mikir kenape saye ndak nulis gak”, dalam pandangan
saya, Ilyas akan serius untuk menulis orang yang ditebaknya sudah berumur 91
tahun itu.
Saya yakin, tidak banyak orang Suka Bangun mempunyai
pemikiran seperti Ilyas, menulis buku mengenai pemuka agama tersebut. Saya
yakin, Ilyas benar-benar akan menulis tentang Datok yang dikenal sebagai mata
bayi.
“Datok tu kalau bace tak makai kace mate, padahal
mured-murednye yang macam bapak saye makai kace mate, tapi Datok tu, bace kitab
ape pon tadak bapak kace mate, makenye orang bilang mate datok tu mate bayi”
Ilyas semakin semangat menggambarkan sosok Datok yang berasal dari banjar
tersebut.
“Datok asalnye dari Banjar, kenape bise jadi sesepuh di
ketapang?” Ilyas semakin menujukkan penasarannya.
yang akan menjadi Penulis pertama |
Saya percaya, orang yang dibicarakan oleh Iyas ini memang
orang penting di Ketapang. Saya berpikir, jika Ilyas benar-benar menulis kisah
Datok, pasti tulisannya, bukunya akan menjdi bukti sejarah kehidupan Datok di
Ketapang. Tidak hanya itu, buku Ilyas juga menjadi buku sejarah keagamaan di
sana. Apabila suatu saat nanti, beberapa tahun kemudian ada orang yang ingin
mengetahui Tokoh keagamaan, sejarah keagamaan di ketapang. .Maka orang tersebut
akan menjadikan buku Ilyas sebagai rujukan. Jika belum ada orang yang menulis tentang Datok,
maka Ilyas menjadi penulis pertama yang menulis tentang Tokoh keagamaan
Ketapang ini. Seperti yang dikatakan oleh Pembimbing di Club Menulis mengenai
sesuatu yang belum pernah ditulis oleh orang lain.
“Orang akan mencari buku kita, orang akan menjadikan tulisan
kita sebagai rujukannya. Tulisan, buku, tidak dilihat manfaatnya sekaranf,
tetapi bertahun-tahun kemudian”. Siapakah Datok yang Ilyas maksud? Kita tunggu
saja tulisan Ilyas, pemuda kelahiran 04 Mei 1990 ini.
Komentar