Suatu pagi saat akan menjemput keponakan pergi sekolah, Rabu
(25/04/2012) saya melihat ceceran tepung di jalan Gang Pak Abu. Melihat hal itu
saya tidak perlu berpikir bahwa tepung itu adalah tepung belanjaan seseorang
yang plastiknya bocor. Dari sebaran tepung yang tidak hanya berada di satu
titik ini, menandakan bahwa ada acara selamat ulang tahun di situ. Kejadiannya
mungkin kemarin siang, sebab saya melewati Gang ini pada pukul 06:30. Sudah ada
tapak ban sepeda berwarna putih di halaman rumah salah seorang warga. Tampaknya
acara selamat ulang tahun itu berlanjut hingga mengotori halaman rumah orang.
Budaya menabur atau melempar tepung sebagai ucapan selamat
ulang tahun tampaknya masih menjadi andalan. Saya teringat dengan sepupu yang
sewaktu SMP pernah mendapatkan kejutan ala tepung ini. Jikalau tidak salah pada
tahun 2006. Waktu itu tidak hanya tepung yang melekat di kepalanya, ada telur
ayam, pewarna baju berwana biru, dan kopi yang menjadi satu melekat di badanya. Jangan
ditanya bagaimana bau tak sedap itu memenuhi ruangan di rumah. Hum, sangat bau
dan sangat tak nyaman dilihat mata. Hal serupa ternyata dibudayakan juga oleh
siswa SMP tempat saya Praktek Pengalaman Lapangan (PPL). Saya PPL dari bulan
September 2011 hingga awal Januari 2012, sekitar empat kali saya melihat
siswa-siswa menaburkan tepung kepada teman-temanya yang berulang tahun. April
ini, hal serupa saya temukan lagi, sekiranya sebanyak tiga kali di satu minggu
terakhir.
Budaya tabur tepung, budaya yang memberi kejutan kotor kepada
seseorang yang berulang tahun. Begitulah saya mendefinisikannya. Mungkin banyak
orang yang tidak setuju dengan pendapat ini, tapi jika dilihat dengan mata
secara nyata, memang benarkan? Orang yang berulang tahun, orang yang mengingat
hari lahirnya, orang yang bersyukur diberi waktu menikmati umurnya hingga
kesekian, diberi ucapan selamat dengan menabur tepung, atau melempar telur dan
air-air berwarna. Jika sudah seperti ini, tentu kepala, baju, rok atau celana,
bahkan sepatu atau sandal menjadi kotor. Tidak hanya itu, lokasi tempat
melaksakan aksi tentu ikut kotor. Tidak mengenakan sekali kan?
Saya pribadi tidak suka dengan hal yang beginian. Kesannya tidak menghargai umur teman yang diberi oleh
Tuhan. Bukan cara yang baik untuk menunjukkan bahwa kita care dengan hari lahirnya, lebih terasa “menghina” bukan ikut
bersyukur. Hem, seperti pendapat
sebelumnya, mungkin saya berlebihan, tapi itulah yang saya rasakan ketika
melihat ada yang merayakan hari lahirnya lau diberi kejutan seperti itu. Ya,
bahan-bahan untuk aksi juga memerlukan duit, dan semakin tampak tak
menghargainya uang karena yang dibeli hanya untuk dibuang-buang.
Saya sering bilang sama teman-teman dekat, saya tidak dan
sangat tidak setuju kejutan yang seperti itu. Bahkan saya pernah mengancam
mereka agar tidak melakukan hal serupa dengan saya, bisa tidak saya tegut.
Kelewatan mungkin, atau terlalu berlebihan menanggapinya. Itulah saya tidak
suka, meski hadiah yang diberi nantinya sangat berkesan. Banyak cara unik yang
bisa kita lakukan jika memang ingin memberi kejutan yang mengagumkan. Ya, asal
bukan memberi kejutan kotor.
Mengajak teman ke suatu tempat yang berkesan untuknya, atau
menemaninya melakukan sesuatu yang lama tidak dilakukan bersama-sama. Saya rasa
hal seperti ini akan lebih berkesan baik. Ya ini pendapat saya untuk budaya
menabur tepung ulang tahun.
Komentar